RSS

Sinopsis Marry Me, Mary / Mary Stayed Out All Night episode 2

Sinopsis Marry Me, Mary / Mary Stayed Out All Night episode 2

 "Apakah kau tinggal dengan laki-laki sekarang?" ayah Mae Ri marah.
"Tentu tidak, ayah." Jawab Mae Ri.
"Apa yang terjadi.. Lupakan! Hey kau! Siapa kau?" Ayah Mae Ri berkata pada Mu Gyul.
"Ah, ya, Aku Kang Mo--" Jawab Mu Gyul, dia masih sangat mabuk.





"Jangan Ayah! Aku akan menjelaskan semuanya." ucap Mae Ri. Ia berusaha agar ayahnya tidak marah. "Kau tau, ini ceritanya sangat panjang"
"Kau bodoh, Apa kau berpikir bahwa karena ayah tidak ada di rumah, jadi kau bisa melakukan hal ini, Kau melakukan hal ini.. Kau melakukan..?" Ayah Mae Ri kesal ia memukul Mae Ri.
"Kau tidak boleh melakukan hal itu, ahjusshi" Mu Gyul mencoba mencegah Ayah Mae Ri.
"Apa? Ahjusshi?!" ucap ayah Mae Ri.
"Cepatlah bergegas dan pergi. Cepat, aku mohon!" Mae Ri mendorong-dorong Mu Gyul untuk segera keluar dari rumahnya, ia tidak ingin ayahnya bertambah marah. 





"Apa sekarang kau lebih memilih lelaki ini?" ungkap ayah Mae Ri kesal. "Anak-anak zaman sekarang sama saja. Itulah kenapa mereka selalu mengatakan mereka tidak pernah percaya pada  anak mereka sendiri. Dan berpikir bahwa aku akan pergi"
Ayah Mae Ri bingung dengan apa yang ia katakan, "Apa yang barusan kau katakan? Putriku tidak seperti itu. Terserah aku dengar orang tua lain berkata seperti itu.."



"Marry Christmas" ucap Mu Gyul sebelum meninggalkan Mae Ri.
"Apa Christmas? Ini November, apakah dia telah kehilangan otaknya.. Oh.. Oh.. bau alkohol." 
kata Ayah Mae Ri. "Lihat rambutnya, dia itu laki-laki atau perempuan? Malangnya pacarmu."
"Tentu bukan, dia bukan pacarku." Mae Ri berteriak, ia tidak suka kalau Mu Gyul disebut sebagai pacarnya.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu.
"Lalu, siapa dia? Siapa sebenarnya dia?" tanya Ayah Mae Ri.



Tiba-tiba para penagih utang datang, mereka mengetuk pintu.
"Hey, Wi Dae Han! Kau di rumah, kan? Hey, bodoh! Cepat keluar! Ini sungguh sangat tua."
Mae Ri dan Ayahnya segera menuju ke jendela, tempat ayah Mae Ri biasa kabur.
"Mae Ri Yah, aku sungguh tidak ingin hidup seperti ini." ungkap ayah Mae Ri seraya melangkahkan kakinya melewati jendela.
"Aku pun juga begitu ayah." balas Mae Ri.
"Hey, Wi Dae Han!" teriak para penagih hutang dari luar.







"Ayah.." Mae Ri menatap ayahnya.
"Tentu, aku akan menghubungimu segera, tunggu aku, okey?" kata Ayah Mae Ri.
Mae Ri mengangguk mengerti. "Hati-hati ayah."
"Aku pergi dulu." pamit Ayah Mae Ri.


Di sebuah kamar yang mewah, Ayah Jung In memandangi foto istrinya. Hey!! Foto istri ayah Jung In, I  mean, foto ibunya Jung In mirip sangat dengan Mae Ri. Uaah,, Ia mengingat kembali  percakapannya dengan Ayah Mae Ri beberapa hari yang lalu.




Ayah Mae Ri dan Ayah Jung In bertemu di pemakaman (kenapa harus ditempat itu iak? oiah, biar penagih utang engga ngikutin Dae Han),
"Benar, anak perempuanmu pasti sudah dewasa sekarang." Ayah Jung In tertawa senang.
"Ah, benar. Ini, lihat foto ini." Ayah Mae Ri merogoh kantong celananya untuk memperlihatkan foto Mae Ri yang ada di dompetnya.
"Tentu. Sangat cantik, bukan?"
Reaksi ayah Jung In tentu kaget, ketika tau ternyata wajah Mae Ri dan wajah almarhum istrinya sangat mirip.




"Dia sangat menikmati hidupnya sebagai gadis berusia 24 tahun seperti gadis umumnya, tapi dia sangat jujur dan rendah hati, tidak seperti anak-anak yang lain, hyung. Aku sangat menyukainya, tapi sekarang.. ..Dia sangat sibuk mencari uang untukku, yang mengharuskan dia keluar dari sekolahnya. Itulah kenapa, aku sangat ingin Mae Ri bertemu dengan seorang suami yang baik. Aku ingin calonnya nanti mengambil tempatku, yang sangat menyedihkan ini dan mengakhirinya semuanya kesulitannya." ungkap Ayah Mae Ri panjang lebar.




Tapi ayah Jung In tidak begitu mendengarkannya, ia terkenang dengan masa lalunya dengan almarhum istrinya. Ayah Jung In sebelumnya tentu tidak menyangka kalau Mae Ri memiliki wajah yang sangat mirip dengan Ibu Jung In.
"Dae han Ah.." panggil Ayah Jung In pada ayah Mae Ri. "Aku akan membantumu."
"Apa? Kau?" Ayah Mae Ri terkejut.





Ayah Mae Ri diundang oleh Ayah Jung In untuk bertemu di satu tempat, mereka membicarakan tentang Mae Ri dan Jung In.
"Hyung, kau harus segera menikahkan Mae Ri kita dengan cepat." pinta Ayah Mae Ri.
"Memakan dengan cepat hanya akan mengakibatkan pencernaan kita rusak." ucap Ayah Jung In.
"Mungkin kau.." Ayah Jung In mencoba menerka apa yang diinginkan ayah Mae Ri. "..mencoba untuk mempercepat pernikahan karena utang-utangmu?"



"Ah, Hyung.. Aku juga memiliki hati nurani. Apakah kau berpikir aku menjual anakku seperti itu?
Aku hanya khawatir tentangnya yang selalu sendirian di rumah. Jadi, aku hanya ingin melihatnya dengan seorang suami yang selalu mendukungnya dari pada bersama ayahnya yang selalu membuat onar." terang Ayah Mae Ri.
"Aku sangat paham dengan hal itu." Ayah Jung In mengangguk mengerti.



"Untuk permulaan, kita harus mengatur pertemuan mereka dengan cepat. Aku sangat yakin setelah mereka bertemu, hal itu akan berakhir." kata Ayah Mae Ri. "Ahh, My Goodness.. Apa kau akan menemukan seorang suami yang tampan dan mapan?"
"Mae Ri telah tumbuh menjadi wanita yang cantik. Dia juga merupakan pilihan yang baik untuk menjadi seorang istri. Dan sekarang yang aku perhatikan, mereka sangat serasi." ungkap Ayah Jung In seraya memperhatikan foto Mae Ri dan foto Jung In.







Di kantor Jung In.
"Empat dari mereka telah mengkorfirmasi ketertarikan mereka dalam peran ini setelah meninjau skrip." ungkap salah satu pegawai.
"Itu sangat baik!" pegawai yang lain bersorak mendengarnya.
"Yang harus kita lakukan sekarang adalah membuat pilihan." jelas pegawai yang lain.
"Top star CF queen, Nol dalam akting." kata Jung In setelah melihat profil artis. "Dia tidak pernah menunjukkan flesibilitasnya dalam berakting. Mereka semua hanya ingin popularitas yang cepat melalui proyek kita ini, disamping itu, semua dari mereka.. usia mereka sekitar 30 tahun ke bawah."



"Bagaimana dengan yang ini?" Jung In melihat profil Seo Jun.
"Kau lihat, Lee An dan dia.. Well, aku hanya menambahkannya dalam daftar karena Lee An bersikeras dalam hal ini." asistennya menerangkan.
"Benarkah? Apakah mereka pernah menjadi icon?" tanya pegawai yang lain.
"Setelah melihat profilnya dan pekerjaannya di film dan drama sebelumnya. Dia terlihat sangat cocok dengan karakter kita dengan baik." Jung In menjelaskan, mungkin Jung In akan memilih Seo Jun untuk memerankan karakter di dramanya.



"Mungkin begitu, Direktur. Tapi, dia tidak humoris." ungkap salah satu pegawai.
"Mereka mengatakan kalau ia merupakan tipe pekerja keras." assisten Jung In menimpali.
"Well, adakan pertemuan dengannya dan nilai dia menurut kriteria kita." Jung In memutuskan.







Seo Jun sedang melatih tubuhnya'
Jung In masuk ke ruangan di mana Seo Jun berolah raga. Dari jauh Jung In memperhatikan Seo Jun.





Mae Ri datang ke sebuah restaurant mewah di sebuah hotel bintang 5, ia sedang berbicara dengan ayahnya lewat telepon.
"Ya, ayah. Aku telah membeli kaus kaki dan underwear. Tapi, dimana kau sekarang?" tanya Mae Ri.
"Oh.. aku tahu, Mae Ri Yah, good job. Cepat cari tempat yang sepi dan duduk di tempat itu sekarang." ucap Ayah Mae Ri, Ayah Mae Ri memperhatikan Mae Ri dari lantai 2 hotel itu.
"Ayah, kau dapat melihatku sekarang? Dimana kau?" Mae Ri melihat kesekelilingnya berharap menemukan ayahnya.





"Pelankan bicaramu dan temukan tempat yang tenang untuk duduk. Jangan melihat ke sekeliling." suruh Ayah Mae Ri.
Mae Ri mengangguk mengerti, lalu berjalan ke sebuah tempat di restaurant itu yang tidak banyak pengunjung.
"Jangan melihat ke sekeliling." suruh Ayah Mae Ri.


Pelayan datang dan memberikan menu. Mae Ri segera berkata, "Tolong bawakan aku segelas jus strawberry."
"Hey, apa maksudmu dengan memesan jus strawberry?  Lebih anggunlah, dan pesan segelas kopi. Segelas kopi! Dan buat dengan ala Americano. Americano." ucap Ayah Mae Ri.
"Apa yang kau katakan ayah? Maaf, tolong buat Americano." Mae Ri memesan ulang.
"Tentu." kata pelayan dengan sopan.




Mae Ri kehausan, ia meminum segelas air putih dengan sekali tegukan.
"Hey, gadis mana yang langsung meminum habis minumannya dalam sekali teguk?! Kau harus melakukannya dengan baik." Ayah Mae Ri tidak ingin anaknya terlihat kampungan.
"Ayah, apa yang sedang kau lakukan?" Mae Ri kesal, ia menyandarkan badannya.

"Hey, kau harus duduk dengan tegak. Seorang gadis harus duduk dengan tegak." suruh ayahnya.
"Apa ini? Apa kau sedang mengontrol sebuah avatar?"Mae Ri kesal, ia bangkit dari duduknya dan berbicara kencang. "Dimana kau sekarang, ayah? Dan kenapa kau memanggilku kesini?"



"Oh! Hey, aku harus menghubungi seseorang. Tetap terhubung, okey? Jangan ditutup." Ayah Mae Ri mendapat telepon dari ayah Jung In.
"Oh, Hello, Suk Hkyung. Aku sedang mengawasi pertemuan anak-anak kita." ucap Ayah Mae Ri.
"Itulah kenapa aku menelponmu. Jung In ada di hotel sekarang. Tapi dia mengatakan dia ada pertemuan bisnis yang harus ia hadiri, jadi dia akan telat 30 menit. Ah, tentu. Lalu, aku akan menyerahkan segalanya padamu dan semua terserah padamu. Ya.. Ya.." Ayah Mae Ri menutup sambungannya dengan ayah Jung In lalu menelpon Mae Ri kembali.




"Hey, Mae Ri Yah, aku akan menghubungimu kembali 30 menit lagi. Jadi tunggu di sana, kau mengerti? Tutuplah teleponnya."
Mae Ri menutup telepon, "Kenapa dia menyuruhku untuk menemuinya di hotel ini?"
Mae Ri terkagum dengan bangunan hotel yang megah. "Benar-benar menakjubkan."
Kemudian ada seorang artis melewatinya. Artis itu bernama Lee An. Mae Ri kenal artis itu, dia pernah memerankan satu drama yang pernah Mae Ri tonton.



Asisten Lee An menunjukkan tempat duduk untuk Lee An, mereka duduk tak jauh dari tempat Mae Ri duduk.
"Ah, direktur. Kau akan mengadakan pertemuan dengan Jung In  Ah, benar? Ah, dimana kau?" Lee An sedang menelpon, semua orang memperhatikan Lee An. ""Aku hanya mampir untuk mendengar hasil casting."



Telepon Mae Ri berdering, So Ra Yah sahabatnya menelpon.
So-Ra.. So-Ra.. So-Ra..
"Oh, So Ra Yah, kau tau, Aku melihat Lee-An tepat di depanku. Benarkah itu dia! Tidak dapat dipercaya. Aku kira jika kau sedang berada di sebuah hotel yang sangat mewah, kau pasti banyak melihat selebritis terkenal. Yeah, Dia lebih baik dari pada TV. Dia sangat tampan dan sangat tinggi..
Aku berkata jujur padaku, aku tidak bohong. Fine, aku akan memotretnya dan foto bersamanya sebagai bukti."



"Kau ingin hal itu menjadi kenyataan." tanya asisten Lee An. "Kau selalu ingin melakukan kerja sama dengan Seo Joon."
"Aku tahu." jawab Lee An.



Mae Ri datang menghampiri Lee An.
"Maaf. Hello." Mae Ri mengucapkan salam. "Aku adalah penggemarmu, dan maafkan aku, tapi..
Bisakah kau memberikan tanda tanganmu padaku, di sini?"
"Ah Ya." Lee An terlihat merasa terganggu dengan kedatangan Mae Ri, begitu juga dengan assistennya.
"Ini." Mae Ri memberikan pulpen pada Lee An.
"Terima kasih." ucap Mae Ri seraya tersenyum senang.







"Satu lagi, bisakah kita untuk berfo--" Mae Ri mencoba untuk memotret Lee An.
"Ah, well. Maafkan aku, berfoto bersama mungkin akan sedikit sulit." Lee An menolak untuk difoto, ia memberi isyarat pada asisstennya untuk segera menjauhkan Mae Ri dari dirinya.





Mae Ri kembali duduk di tempatnya, ia ingin menelpon so ra. Tapi assisten Lee An terus memperhatikannya "Apa yang kau lakukan. Apa kau masih mengambi gambar?" asisten Lee An membentak Mae Ri.
Mae Ri kaget, "Tidak sama sekali, aku tidak mengambil gambarnya."
"Apa yang kau lakukan. Ambil ponselnya!" suruh asisten Lee An.





Jung In dan Seo Jun keluar dari lif bersama.
"Apakah kau sudah meninjau skrip yang aku kirimkan padamu?" tanya Jung In.
"Tidak." Jawab Seo Jun.
"Apakah skrip itu tidak dikirimkan?" Jung In kira skrip itu tidak dikirimkan ke Seo Jun oleh asistennya.
"Sudah, aku tidak membacanya." jawab Seo Jun.
"Benarkah?"



"Aku suka sekali film, aku sangat tidak menyukai drama." kata Seo Jun.
"Kenapa?" tanya Jung In.
"Karakter di drama cenderung datar." jelas Seo Jun.
"Tapi, bukankah pekerjaan aktor membuat merekaa.. menjadi 3 dimensi?" Jung In memberikan sebuah skrip pada Seo Jun. Dengan ragu Seo Jun menerimanya.





Telepon Jung In berdering, ayahnya menelpon.
"Yah, ayah? Ya, aku masih di hotel. Aku tidak akan lama lagi. Ya." Jung In menutup teleponnya.









Mae Ri sedang berusaha agar handphone tidak diambil oleh assisten Lee An.
"Aku tidak memfotonya!" jelas Mae Ri, ia berusaha mengenggam handphonenya dengan erat.
"Berikan saja itu padaku!" Suruh asisten Lee An.
"Aku bilang, aku tidak memfotonya!"
"Berikan ponselmu padaku sebentar, hanya sebentar."
"Apa yang kau lakukan."
"Aku hanya ingin memastikan."




Dari kejauhan Jung In mendengar Mae Ri dan assisten Lee An yang sedang bertengkar. Mae Ri tetap bersikeras bahwa ia tidak memfoto Lee An tapi assisten Lee An tidak percaya hal itu. Mae Ri menarik dengan keras tangannya hingga keseimbangan tubuhnya hilang dan Mae Ri jatuh, hal ini mengakibatkan pelayan yang ada di sampingnya ikut terjatuh juga. Semua orang memperhatikan mereka, termasuk Jung In dan Seo Jun.

Semua barang-barang Mae Ri ikut terjatuh jatuh juga. Mae Ri malu karena semua orang memperhatikannya, sedangkan Lee An tidak mau ikut campur, ia meninggalkan restaurant itu tanpa berkata apapun.


Assisten Lee An mencoba mengalihkan perhatian pengunjung.
"Tolong, lewat sini." asisten Lee An membantu Mae Ri berdiri dan membawanya ke sudut restaurant. Asisten Lee An menggenggam tangan Mae Ri dengan erat.
"Hey, sakit. Kenapa kau melakukan ini?" kata Mae Ri. "Aku bilang, aku tidak melakukan apapun, kenapa kau melakukan hal ini?!"



Daaan, pahlawan datang. XD.. Jung In datang dan berkata "Apa yang kau lakukan di sana?"
Asisten Lee An yang melihat hal itu segera melepaskan tangan Mae Ri.





Masalah selesai, karean Jung In yang berkuasa di sini.. hoho.
Mae Ri telah merapikan dirinya, Jung In menunggu Mae Ri.
"Aku baru saja mengetahui kasus tentang penyalahgunaan yang dilakukan oleh banyak penggemar di internet. Tapi bagaimana bisa mereka melakukan hal ini padaku? Tidakkah itu seperti menyatakan bahwa aku adalah seorang remaja paparazi?" ucap Mae Ri kesal.
"Apakah kau seorang remaja?" tanya Jung In.
"Umurku 24 tahun, aku mengambil sastra korean dan sekarang sedang mengambil cuti!" kata Mae Ri kesal.



Jung In mengangguk mengerti.
"Sekali lagi, aku ingin meminta maaf pada anda dengan setulusnya." ungkap Jung In dengan sangat sopan.
"Penyesalan dengan tulus? Terserahlah, semua bukan salahmu juga." jawab Mae Ri.
Mae Ri melihat luka memar di tangannya, "Oh! tanganku memar."
"Kau harus segera mengeceknya ke rumah sakit." saran Jung In.
"Aku baik-baik saja." jawab Mae Ri.






Mae Ri mengambil handphonenya yang rusak total.
"Oh! Apa yang harus aku lakukan? Aku sedang menunggu sebuah panggilan. Ahh.. Apa yang harus aku lakukan?" Mae Ri panik.
Jung In menyodorkan sebuah amplop putih.
"Apa ini?" tanya Mae Ri. "Apa kau berpikir aku ini penipu?"
"Jangan salah paham. Hanya saja ada banyak jenis orang di dunia ini. Aku melalui hal yang sama tidak lama ini." Jung In kira Mae Ri adalah salah satu orang yang ingin mengambil keuntungan berupa uang dari kejadian semacam ini, seperti orang-orang pada umumnya. " Mereka mengatakan bahwa mereka baik-baik saja sekarang, tapi kemudian mereka membuat masalah besar."






Jung In menaruh amplop itu di atas kursi.
"Jadi, jika kau setuju dengan hal ini.. Aku perlu tanda tanganmu untuk sebuah surat pertanggung jawaban." Jung In mengeluarkan lembar surat dan pulpen.
"Kau ingin aku menandatangani hal ini? Kenapa aku harus melakukan hal ini?" tanya Mae Ri kesal.




Hohoo.. Mae Ri jadi teringat kejadiannya dulu, saat ia meminta Mu Gyul untuk menandatangani surat pertanggung jawabannya.
"Aku akan melakukannya." kata Mae Ri seraya menghela nafas, Mae Ri kena karmanya Mu Gyul. XD
"Tolong tuliskan informasi tentang alamat dan nomor yang bisa dihubungi, juga." Jung In menunjukkan tempat form yang harus diisi Mae Ri.
"Jangan khawatir, kau tidak perlu menghubungiku lagi." jawab Mae Ri kesal


"Lalu.. Aku minta maaf atas ketidaknyamanan ini." ucap Jung In, sebelum pergi ia memberikan pembungkus kertas pada Mae Ri. "Kau mungkin perlu pembungkus tas yang lain."
"Dia benar-benar menjengkelkan. Benar-benar orang yang bodoh." kata Mae Ri kesal.
"Oh! Amplop itu. Hey, kau.." Mae Ri hendak mengembalikan amplop itu tapi Jung In sudah berjalan jauh, lagi pula tangan Mae Ri yang memar juga sangat sakit. Belum lagi handphonenya yang rusak.
"Benar, karena hal ini begitu rendah dan kekanak-kanakkan.. Aku akan mengambilnya." Mae Ri membuka amplop itu, ia terkejut, "Bukankah ini terlalu banyak? 2.000.000?!"





Jung In datang menemui Seo Jun yang menunggu lobi.
"Aku memohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Kau pasti telah menunggu lama, benarkah?" ucap Jung In sopan.
"Aku akan melakukannya." Seo Jun menyepakati untuk ambil bagian dalam produksi drama garapan Jung In.
"Hanya butuh 30 menit untuk merubah pemikiranmu?" Jung In melihat jamnya.
"Jika hal itu melibatkanku menjadi bagian di dalamnya, aku memutuskan untuk mengambilnya." jawab Seo Jun.




"Dan bagian mana yang kau suka dari karakter itu?" tanya Jung In.
"Dia seperti mengingatkanku pada diriku sendiri. Bagaimana seharusnya aku menempatkannya..? Seorang perempuan yang teguh pendirian, kuat dan tak dapat diduga setiap keinginannya. "Semacam melakukan Yoga sambil mendengarkan musik rock?" ujar Jung In.
Seo Jun tersenyum mendengar perkataan Jung In. "Kirimkan aku perjanjian kontraknya segera, karena aku memiliki masalah dengan komitmen."
"Aku akan mengontakmu segera jika semua itu sudah siap." jawab Jung In.





"Ah, benar! Selamat untuk tanggal pernikahanmu. Aku tidak menyangka hal ini akan terjadi secepat ini. Aku tidak menggambarkan seperti itu, tapi sepertinya ada sisi baiknya juga pada dirimu. Apakah ini masih di dalam abad yang mengharuskan adanya perjodohan? Dan satu hal lagi, lain kali kirimkan aku skrip dalam bentuk file. Ayo lindungi pohon dan bumi." ujar Seo Jun panjang lebar, kemudian ia pergi. "Sampai jumpa lain waktu."
Jung In hanya tersenyum mendengar hal itu. Kemudian Jung In teringat pertemuan yang telah ayahnya janjikan. Jung In menelpon ayahnya tapi tidak diangkat.





Mae Ri duduk sendiri, "Ini sudah lebih dari waktu yang dijanjikan, tapi kenapa ayah belum datang juga? Dia tidak menjawab teleponnya."
Mae Ri tidak menyadari kalau Jung In sedang duduk tak jauh dari tempatnya. Mae Ri melihat seorang pelayan membawa papan bertuliskan namanya. Mae Ri memanggil pelayan itu, "Unnie! Aku Wi Mae Ri."



Ternyata Mae Ri mendapat telepon dari ayahnya di lobi hotel.
"Apa yang terjadi, ayah? Siapa? Dan siapa ini Jung In? Apa? Tanggal?" Mae Ri terkejut mendengarkan penjelasan ayahnya tentang perjodohan Mae Ri dan Jung In. " Ayah, kau menyuruhku datang ke sini hanya untuk hal itu?!"




Mae Ri berjalan cepat menuju ke tempat ayahnya, ia tidak mengetahui bahwa ia baru saja melewati Jung In. Jung In sedang berusaha menelpon ayahnya tapi tidak dapat dihubungi juga, Jung In juga tidak menyadari kalau baru saja Mae Ri lewat di hadapannya.




Di butik khusus pengantin.
"Apa aku yang gila? Kenapa aku harus menikah?" seru Mae Ri pada ayahnya.
"Hey, siapa yang mengatakan untuk menikah cepat? Semuanya aku yang katakan adalah menyuruhmu untuk cepat memilih gaun cantik untuk pertemuan dengan calon keluarga suamimu!" Jelas Ayah Mae Ri.
"Ayah, kau ini kenapa? Apa maksudmu dengan sebuah gaun?!" tanya Mae Ri.
"Aku sangat menyesal karena ibumu yang malang tidak pernah bisa menggunakan gaun yang cantik dan mahal seperti ini. Jadi, kau harus menggunakan gaun yang sangat bagus apapun alasannya." jawab Ayah Mae Ri.



Mae Ri menghampiri ayahnya. "Ayah. Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi. Kau ingin aku menikah jadi kau bisa membayar semua utang-utangmu, benarkah seperti itu?"
"Apa kau tidak percaya pada ayahmu? Itu hanya sebuah keuntungan dari pernikahanmu ini. Ini adalah kesempatan sekali dalam hidup. Apa lagi, cepat pergi dan suruh seseorang untuk membantumu. Apakah ada di dunia ini seorang ayah yang tidak ingin melihat anak perempuannya menikah?" ujar Ayah Mae Ri.



"Orang yang seperti apa yang akan membayar semua hutangmu seperti ini?! Kau benar-benar percaya pada orang seperti itu, ayah?"
"Mae Ri Yah, kita dapat mempercayai keluarga ini. Dia adalah salah seorang yang dulu aku sangat dekat dengannya dalam pertemanan." kata Ayah Mae Ri.
"Mana ada di dunia ini makanan gratis? Apa kau tidak belajar dari pengalamanmu sebelumnya? Dan apa lagi? kau ingin aku menikah dengan seseorang yang belum pernah aku bertemu dengannya sebelumnya?" Mae Ri marah.



"Hey! Hey! Itulah alasan kenapa aku mengadakan pertemuan ini. Dan disini kau datang tanpa melihatnya sekalipun, bagaimana kau dapat berbicara sekasar itu?" Ayah Mae Ri juga bertambah marah.
"Kau lah yang mengadakan pertemuan ini tanpa menanyakan hal itu padaku terlebih dahulu." jawab Mae Ri.
"Berhenti menolak hal ini! Coba liat fotonya! Dia sungguh tampan." Ayah Mae Ri membujuk Mae Ri untuk melihat foto itu, tapi Mae Ri malah menutup matanya.
"Hey, liat ini! Dia tidak hanya tampan, tapi juga sangat kayak, lihatlah..."





 Mae Ri menulis sebuah surat untuk ayahnya.
"Pembantu muda kita, Mae Ri. Yang telah kehilangan ibunya ketika ia berumur 4 tahun, di bawah asuhan ayahnya ia tumbuh menjadi setinggi ini, tidak pernah melupakan kebaikan yang ia berikan.
Tapi ini 10 juta kali bukan pernikahan yang adil, ayahnya telah membujuknya dan membuat hatinya frustasi. Harapan ayahnya untuk menikahi anak kesayangannya dengan pria itu. Ayah, cepat buka matamu dan kembalilah untuk pembantu muda ini." Mae Ri membacakan suratnya sendiri dengan dramatis. XD
"Apakah aku harus pergi ke laut In Dang Soo?" tanya Mae Ri pada dirinya sendiri yang sudah siap untuk pergi meninggalkan rumah.
Saat hendak keluar rumah, ia melihat gitar Mu Gyul di dekat televisi.
"Bagaimana bisa seorang rocker menaruh gitarnya di sini? Sungguh menyedihkan." Mae Ri membuka isi tempat gitar Mu Gyul.
"Apa ini? Ada beberapa baju di dalam koper. Aku tahu itu. Oh! Dia meninggalkan handphonenya di sini. Dia sungguh, sungguh menyedihkan."

 Selesai tampil, Mu Gyul berbicara dengan manager tempatnya tampil. Manager memberikan Mu Gyul sebotol air.
"Nah, ini. Aku hanya tertarik untuk mendengarmu sebagai penyanyi solo." kata manager.
"Terimakasih." kata Mu Gyul lalu memanggil teman-temannya. "Apa yang kau lakukan? Cepat pergi."


 Mu Gyul paling tidak suka kalau ada orang-orang yang menginginkan terpisah dari bandnya.
"Ah, benarkah! Karena perasaanmu begitu jatuh, cepat pergi dan lakukan sesuatu untuk mengembalikan mood kita." suruh salah satu teman Mu Gyul pada temannya yang lain.
"Hey, Moo Gyul Ah.. Kau bahkan sering sekali mendapatkan keuntungan dari manager tapi kau malah menolaknya karena kami." ungkap salah satu teman Mu Gyul. "Maafkan aku, aku rasa kita telah menghalangi jalanmu untuk meraih masa depat yang lebih sukses."

 "Apa yang kau katakan? Aku menolaknya karena bayarannya sangat buruk." jawab Mu Gyul.
"Jangan mencoba menyangkalnya."
"Ah, aku bilang padamu itu tidak benar. Kami berdua yang memutuskan hal itu."
"Benarkah?"
"Ahh.. Pria tampan dan setia ini.. Hey, biarkan aku membawa gitarmu!" ucap teman Mu Gyul.
"Ah, lupakanlah." Mu Gyul menghindar untuk tidak dibawakan gitarnya.
Hyung ada telepon untukmu.

 "Apa yang kau katakan?" salah satu teman Mu Gyul mendapat telepon dari Mae Ri. Mae Ri menelpon dengan menggunakan ponsel Mu Gyul yang tertinggal di rumahnya.
"Hey, Kang Mu Gyul, teleponmu lagi?" kata teman Mu Gyul.
"Hello?" Mu Gyul memberi salam.
"Ah, ya. Ini Wi Mae Ri. Dimana kau sekarang?" kata Mae Ri.

 Dari kejauhan, Mae Ri melihat Mu Gyul dan bandnya sedang bernyanyi-nyanyi di pinggir jalan.
"Ada apa dengannya? Dia sedang mabuk lagi di tengah hari seperti ini." kata Mae Ri.
"Merry Chirstmas!" sapa Mu Gyul pada Mae Ri yang baru saja datang.
"Oh, kakak perempuan tiriku!" ucap teman-teman Mu Gyul yang lain dengan serempak. "Hai!"
"Kenapa kau memanggilku kakak?" tanya Mae Ri dengan polosnya.
"Karena kami dengar kau menghabiskan malam dengan Mu Gyul kemarin." jawab teman Mu Gyul. "Benarkah?!"


 "Yah Bukan kemarin, tapi dua hari kemarin." seru Mae Ri.
"Dua hari kemarin! Kakak!" ledek teman-teman Mu Gyul.
"Menikah, menikah!" sorak teman-teman Mu Gyul.
"Tidak masalah. Aku hanya akan mengembalikan barang-barangmu dan kemudian aku akan pergi.
Tapi sebelum itu.." ucap Mae Ri seraya menaruh gitar dan handphone milik Mu Gyul di dekat Mu Gyul.

 "Ini." Mae Ri mengembalikan uang yang pernah diberikan Mu Gyul untuk biaya sewa kamar.
"Apa ini?" tanya yang lain.
"Kau memberikan aku ini kemarin, tapi karena kau tidak menginap, aku harus mengembalikannya." kata Mae Ri.
"Tapi aku sudah tidur lebih dari semalam sebelumnya." jawab Mu Gyul.
"Mereka tidur bersama. Menikah! Menikah!" sorak yang lainnya.


 Mae Ri malu, ia menutup wajahnya dengan amplop yang diberikan Mu Gyul.
"Oi, kau punya sesuatu untuk dimakan!" ujar Mu Gyul saat Mae Ri beranjak pergi.
"Apakah kau kabur dari rumah?" tanya Mu Gyul.
"Ah, benar! Ada apa dengan orang ini.... Apa kau seorang yang bisa membaca pikiran atau sesuatu?" kata Mae Ri.

 Mu Gyul dan teman-temannya tertawa mendengar pernyataan Mae Ri.
"Benarkah? Yah, berapa umurmu untuk bisa kabur dari rumah?" tanya Mu Gyul, ia masih terbahak.
"Ini pertama kalinya aku kabur dari rumah!" ujar Mae Ri.
Mu Gyul menghampiri Mae Ri.
"Sebentar.. Kau menulis surat kalau kau kabur, benarkah?" tanya Mu Gyul.
"Bagaimana kau tahu hal itu?" tanya Mae Ri.

 "Aku akan benar-benar gila." Mu Gyul tertawa terbahak, Mu Gyul pikir betapa polosnya Mae Ri.
Mu Gyul memegang kepala Mae Ri dengan gemas. "Yah.. Kau sangat cute."
"Ah, apa yang kau lakukan?" kata Mae Ri mencoba melepaskan tangan Mu Gyul dari kepalanya.
 Di sebuah restaurant kaki lima (lho, warung pinggir jalan.)
"Permisi, kakak! Kau tahu, aku sangat mengenal Mu Gyul.  Kau memiliki mata yang bagus, wow! Aku juga berpikiran sama. Matanya sangat cute. Very Cute." teman-teman Mu Gyul dan Mu Gylu sendiri sedang mabuk berat.
"Terima kasih." ucap Mae Ri.
"Oh, Guys. Kau datang? Kau datang?" Mae Ri melihat teman-temannya datang.
 "Mae Ri Yah, apa yang terjadi?" tanya So Ra.
"Siapa yang akan menghentikan ayahmu sekarang? Sepertinya ini akan menjadi masalah.." ujar teman Mae Ri.
"Bukankah itu pria gelandangan di Hong Dae, kan?" ucap teman Mae Ri ketika melihat Mu Gyul bersama teman-temannya. "Wow, dia lebih tampan kalau di lihat dari dekat. Harusnya aku menabraknya lagi dengan mobil jadi aku dapat mengakhiri semua ini di sini."
"So Ra Yah." panggil Mae Ri.
 "Huh?"
"Bolehkah aku menginap di rumahmu sekarang?"
"Yeah, tentu saja."
"Tapi, aku harus menelpon ayahmu karena aku yakin dia sangat mengkhawatirkanmu."
"Terima kasih." ucap Mae Ri. "Hey, cepat pergi. Cepat."
"huh?"
"Permisi, aku akan pergi sekarang." pamit Mae Ri pada Mu Gyul dan teman-temannya. Good Bye!"


Tapi, teman-teman Mu Gyul malah mengajak teman-teman Mae Ri untuk ikut bergabung bersama mereka.
"Ah, aku mohon silakan duduk." ucap salah satu teman Mu Gyul.
"Memang, suasana di sini sangat bagus." jawab teman Mae Ri.
"Tapi, aku ingin pulang ke rumah." kata Mae Ri.
"Heloo..!"
"Heloo..!"
"Oh, benarkah.. Apa yang harus aku lakukan?" ungkap kedua teman Mae Ri saat duduk di samping Mu Gyul. "Benar-benar tampan. Itu mobilku, kau tahu.Aku adalah penggemarmu, dapatkah kau memberikanku tanda tanganmu? Oh, aku.. Aku juga."

 Salah satu teman Mu Gyul memecahkan botol.
"Dia benar-benar mabuk, biasanya dia tidak melakukan hal ini." kata Mu Gyul.
"Hey, kau wanita-wanita hanya dapat melihat Mu Gyul?  Apakah hanya dia yang ada di band kita?" ungkap teman Mu Gyul itu. "Hey, one, two, three, tidak dapatkah kalian melihat kami? Ahh.. Aku rasa tidak. "Lepaskan aku.. lepaskan.. Yah, aku sakit dan lelah menjadi bayang-bayang Mu Gyul. Aku tidak dapat melakukan hal ini lagi.""
"Hyung, kau mabuk." salah satu teman Mu Gyul mencoba menenangkan.
"Maafkan aku, Hyung. Ini, silakan diminum." ucap Mu Gyul seraya memberikan satu gelas botol. Mereka sama-sama mabuk.


 "Tidak apa-apa, bodoh. Yah, apakah kita benar-benar sebuah band yang nyata? Kita tidak bisa bernyanyi, kita tidak bisa memainkan alat musik. Yah, kita bubar saja, apa gunanya?!"
"Kenapa kau berbicara seperti itu." teman yang lain membela Mu Gyul.
Dan terjadilah pertengkaran.
"Oh, my.. oh, my.. oh my!" kedua teman Mae Ri panik karena teman-teman Mu Gyul saling memukul satu sama lain, kecuali Mu Gyul. Mu Gyul hanya duduk dan menikmati minumannya.
"Hey,"
"Hey.."
"Kau udang kecil. Lihatlah caramu berbicara pada Mu Gyul!"
"Okey, kita akan menyelesaikan ini dalam satu cara. Cepat keluar."
 "Hey, kemana kita akan pergi?! Apa yang harus dilakukan?" Mae Ri panik, ia menghampiri Mu Gyul yang diam saja.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau hanya akan duduk di sini?" Mae Ri menarik paksa tangan Mu Gyul.
"Aku baik-baik saja." ucap Mu Gyul
Akhirnya Mu Gyul bangkit menuju ke luar restaurant dimana pertengkaran itu berlangsung. Mu Gyul tidak terlibat ia hanya duduk di tangga dan menonton.

 "Cepatlah bantu mereka!"
"Ahh.. sangat berisik."
"Lakukan sesuatu untuk itu." bujuk Mae Ri.
"Aku tidak suka pertengkaran, aku hanya ingin kedamaian." jawab Mu Gyul seraya meneguk minumannya.
"Apa yang baru saja kau katakan? Aku akan gila." Mae Ri kesal, ia duduk di samping Mu Gyul.
"Namamu Merry Christmas, kan?" tanya Mu Gyul.

 "Bukan Christmas, tapi Mae Ri. Mae Ri." jawab Mae Ri kesal.
"Bukankah aku mengatakan hal seperti itu tadi? Ma.. Mae Ri? Bukankah itu nama seekor anjing." kata Mu Gyul.
"Kekanak-kanakan. Anak-anak di sekolah dasar yang akan mengatakan hal itu. Lagi pula, kalau aku seekor anjing kau itu kucing jalanan." balas Mae Ri. "Kau benar-benar aneh, benar kan?"
"Yah, kau sangat cute." ucap Mu Gyul seraya mencubit pipi Mae Ri dengan gemas.
"Kyaa..!! Apa yang kau pikirkan?!" kata Mae Ri mencoba melepaskan cubitan Mu Gyul.

 Tiba-tiba polisi datang dan semuanya menjadi panik, termasuk Mu Gyul. Mu Gyul yang sedari tadi tenang, mendengar alarm mobil polisi  ia langsung lari. Sedangkan Mae Ri hanya berdiri mematung tidak mengerti, Mae Ri mengangkat tangannya.
"Polisi.. Apa-apaan ini?" ucap orang-orang di sekeliling.
"Kami telah menerima laporan.." mobil polisi memberikan instruksi.
"Apa yang kau lakukan.." Mu Gyul ingat Mae Ri, ia menghentikan lari kemudian kembali pada Mae Ri, lalu menggenggam paksa tangan Mae Ri dan mengajaknya berlari. Sweet.
"Lari!" ucap Mu Gyul.
 Yaah,, sepanjang jalan Hong Dae, Mae Ry dan Mu Gyul berlari cepat. Cukup dramatis.
"Kenapa aku selalu mengakhiri semuanya seperti ini ketika aku datang ke Hong Dae?" ucap Mae Ri ketika mereka sudah jauh dari polisi.
Ketika berjalan di salah satu gang di Hong Dae, tanpa sengaja Mae Ri menabrak seseorang.
"Ah, maafkan aku. Maafkan aku." Mae Ri meminta maaf pada pria yang tidak sengaja ia tabrak.
Begitu juga dengan Mu Gyul, Mu Gyul mengikuti Mae Ri meminta maaf "maaf." ucapnya.

 "Ada apa dengan orang bodoh ini? Kau laki-laki atau perempuan?" tanya pejalan kaki itu dengan tidak sopan pada Mu Gyul.


"Ayo pergi." Mu Gyul menggandeng Mae Ri. Ia benar-benar tidak ingin terlibat perkelahian.
"Tapi.." ucap Mae Ri, Mae Ri rasa seharusnya Mu Gyul tidak terima dibilanng seperti itu.
"Hey! Kemana kau pergi setelah menabrak seseorang?" teriak orang-orang itu.
"Mereka mabuk, tidak ada gunanya membuat kesepakatan dengan mereka." ucap Mu Gyul bijak.
"Hey, kau bodoh. berhenti?!"


 "Apa ini? Orang-orang itu berlebihan." Mae Ri tidak suka dengan sikap mereka, ia menghentikan jalannya dan mencoba untuk menghadapi dua orang mabuk itu, tapi Mu Gyul tetap mengenggenggam tangannya.
"Aku tidak ingin berkelahi. Cepat pergi." kata Mu Gyul.
"Tapi mereka mengejekmu tanpa alasan. Apakah kau baik-baik saja dengan hal itu?" tanya Mae Ri.

 "Hmm.. aku baik-baik saja.." Mu Gyul mengangguk, kemudian ia mengejek Mae Ri, "Mow mow"
"Ah, orang ini! Benar-benar! Yaw!!" Balas Mae Ri.
Mu Gyul tertawa senanng.

"Orang bodoh ini sedikit tidak beruntung." ejek orang yang mabuk tadi.
"Apa?" Mu Gyul menatap sinis orang itu. Kau memanggilku apa?"
"Aku  bilang kau orang bodoh yang tidak beruntung. Kenapa?"
"Okay, aku mengerti. Aku mengerti. Lihat ke sini. Ke sini!" Mu Gyul marah, ia langsung memukul wajah orang itu.
 Daan.. semua berakhir di kantor polisi
Kedua teman Mae Ri dan kedua teman Mu Gyul berada di kantor polisi, mereka sedang diinterogasi. Kemudian, polisi membawa masuk orang yang dipukuli Mu Gyul. Tentu saja Mu Gyul dan Mae Ri harus ikut ke kantor polisi untuk men-clearkan masalah.
"Cepat!" perintah polisi pada orang yang dipukuli Mu Gyul.
"Lihat wajahku."
 Teman-teman Mae Ri dan Mu Gyul melihat mereka datang.
"Mu Gyul Hyung!" ucap mereka bersamaan. "Mae Ri Yah!"
"Hey, apa yang terjadi?" "Aku tidak yakin, aku tidak yakin." "Semua orang diam sekarang!" "Mereka terlihat baik-baik saja, geez.." ujar teman-teman Mae Ri dan Mu Gyul. Mae Ri dan Mu Gyul hanya diam. Mu Gyul sedang kesakitan, tangan bekas memukul orang itu mulai memar.


"Hey, Mu Gyul Ah, atasi ini dan cepat keluar agar kita bisa minum bersama lagi!" ucap salah satu teman Mu Gyul. Aku akan menunggumu diluar!"



 Dua orang yang mabuk itu duduk tak jauh dari tempat Mae Ri dan Mu Gyul duduk.
"Ahh.. Hidungku sakit sekali. Lihat itu.. Lihat itu.. Lihat..." ucap salah satu dari mereka yang menunjukkan luka di hidungnya pada polisi.
"Aku melihatnya!" ucap Mu Gyul.
"Wow, hidungnya akan segera membaik, jika dia masih ingin berbicara seperti itu. Dia pasti salah satu korban dari sebuah kecelakaan yang fatal. Apa yang akan kau lakukan sekarang, jika dia bertindak seperti itu?" tanya Mae Ri pada Mu Gyul.
 "Aku akan tidak akan membuat kesepakatan dengannya." jawab Mu Gyul.
"Lalu, Apa yang akan kau lakukan untuk selanjutnya?" tanya Mae Ri.
"Atau lebih tepatnya, kau bilang kau tidak suka perkelahian, kau ingin perdamaian kan? Kau merasa tidak apa-apa dengan ejekan mereka tapi kau sangat tidak terima saat mereka berkata betapa tidak beruntungya kau? Apakah ada sesuatu yang terjadi sebelumnya?" Mae Ri kesal. Tapi Mu Gyul hanya melipat tangannya di dadannya.

 Polisi datang dan memberitahukan hal pada mereka.
"Murid, kau harus bisa menjaga dirimu sendiri. Korban di sini bukan sebuah lelucon, cepat katakan padanya bahwa semua ini adalah kesalahanmu." saran polisi itu. "Jika kau tidak puas dengannya di sini, masalah akan ditangani oleh polisi."

 "Aku tidak akan berdamai dengannya." jawab Mu Gyul. Harga dirinya lebih penting dari apapun.
"Ah, Ya ampun.." keluh polisi.
"Ahjusshi, aku yang akan berbicara padanya." ujar Mae Ri.
"Kau yang melakukannya? Lakukanlah." kata polisi.
Mae Ri bangkit dari duduknya lalu menghampiri dua orang itu.
 "Maafkan aku." ucap Mae Ri seraya membungkuk. "Aku benar-benar minta maaf."
"Hey, tidak masalah, ayo cepat ke sini." Mu Gyul menyuruh Mae Ri untuk tidak melakukan hal itu.
"Siapa ini? Pacarmu?" tanya salah satu dari mereka. "Katakan padanya untuk datang ke sini bukan malah menyuruhmu untuk menghampiri kami. Dasar orang bodoh yang tidak beruntung."
Mu Gyul marah, ia mencoba untuk memukul orang itu, "Kau yang bodoh." bentak Mu Gyul.
"Sayang! Sayang!" Mae Ri memanggil Mu Gyul dengan sebutan itu. Hahaa. Hal ini dilakukannya agar Mu Gyul berhenti.
 Yap, Mu Gyul terkesiap di panggil seperti itu oleh Mae Ri.
"Bisakah kau datang ke sini sebentar saja?" tanya Mae Ri gugup, seraya menarik tangan Mu Gyul. Mae Ri membawa Mu Gyul ke tempat lain.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Mu Gyul.
"Dilihat dari semua kejadian ini, aku pastikan bahwa kita pasti berada di posisi yang kurang menguntungkan." ujar Mae Ri.
"Aku katakan padamu bahwa aku tidak akan berdamai dengannya." Mu Gyul tetap pada pendiriannya.

 "Well, Aku punya rencana. Tapi pertama, kau mengepalkan tangan kananmu." Mae Ri menyuruh Mu Gyul mengepalkan tangan kanannya.
"Apa yang kau katakan?" Mu Gyul tersenyum mengejek.
"Cepat lakukan dan coba saja."
Mu Gyul akhirnya mengikuti apa yang disuruh oleh Mae Ri, ia mengepalkan tangannya.
"Sekarang, letakkan dekat dengan wajahmu." komando Mae Ri.
Mu Gyul mengikutinya. Daaaaan, Mae Ri segera mendorong kepalan tangan Mu Gyul dengan keras hingga memukul bagian wajah Mu Gyul sendiri.

 Mu Gyul kesakitan. Hidung Mu Gyul berdarah, ia terkena pukulan 'sengajanya' sendiri. Hahhaaa
"Ini berhasil!" Mae Ri malah bertepuk tangan melihat hidung Mu Gyul berdarah. "Sekarang kedua sisinya sudah terluka jadi kau tidak perlu menyelesaikan apapun lagi! Aku pernah melakukan hal ini, karena ayahku, jadi aku tahu bagaimana cara kerjanya. Percaya padaku."

 Teman-teman Mae Ri senang sekali, karena Mae Ri berhasil membantun Mu Gyul keluar dari masalah.
"Kenapa kelakukanmu seperti ini, benar-benar?! Kau biasa menyelesaikan masalahmu seperti itu. Yeah, biasanya, seperti itu. Yeah, kau hebat. Mae Ri Yah kita telah kembali dari kantor polisi karena ayahnya. Hyung, kau seharusnya menikahi seseorang seperti dia. Apa yang ayahmu lakukan saat ini? Ah, hanya hal-hal.. Okay, ayo kita minum-minum. Tepat! Ayo! Soju dan beer terdengar enak. Tapi akhir-akhir ini aku sudah terlalu banyak minum beer." Mereka saling bersorak dan berbicara sangat ribut.
Mae Ri hanya tersenyum mendengarnya, sedangkan Mu Gyul masih sibuk dengan hidungnya yang mimisan. Teman-teman mereka pergi mendahului, Mu Gyul dan Mae Ri berjalan santai.
  "Kau baik-baik saja?" tanya Mae Ri.
"Yeah.. Tapi, kenapa kau membantuku?" Mu Gyul balik tanya.
"Karena aku bersamamu saat kejadian itu. Apakah kau tau, karena cinta, harapan dan kepercayaan , menurutmu mana hal yang paling  penting?" tanya Mae Ri.
"Cinta?" Mu Gyul kira cinta.
"Bukan, itu sebuah loyalitas." jawab Mae Ri.
"Lalu.." tanya Mu Gyul. "Kau harus lebih nyaman.."

"Tentang apa?" tanya Mae Ri.
"Berbicara dengan bahasa informal. Kau katakan kau tidak merasa nyaman dengan seseorang kalau tidak berbicara bahasa formal."
"Aku kira begitu." jawab Mae Ri. "Well, aku berhasil karena aku telah berpura-pura menjadi pacarmu. Tapi, kau tahu, aku benar-benar kasihan dengan gadis yang akhirnya akan menikah denganmu."
"Aku tidak pernah menikah." jawab Mu Gyul datar.

"Benar, jangan. Kau senang minum-minum, kau memiliki banyak wanita di sekitarmu, kau membuat musik, kau sangat tampan, kau pemalas dan temperamenmu sangat buruk. Aaahh.. Kau adalah salah satu tipe suami yang terburuk." jelas Mae Ri panjang lebar.
"Oh, itu aku." Mu Gyul menggaruk-garuk kepalanya, ia sadar kalau yang disebutkan Mae Ri itu benar. Hahai.


  Telepon Mae Ri berdering. Mu Gyul yang membawakan tas Mae Ri memberikan ponselnya yang ia ambil dari dalam tas. Mae Ri melihat layar handphone, ternyata ayahnya yang menelpon.
"Ah, ayahku menelpon. Aku tidak akan menjawabnya." Mae Ri memberikan handphone itu pada Mu Gyul.
"Yeah, ada 30 panggilan tidak terjawab." ujar Mu Gyul.
"Benarkah? Aahh.. apa yang terjadi dengan ayah?" Mae Ri panik.
"Mungkinkah kalian berkelahi karena aku?" tanya Mu Gyul.
"Tidak, bukan begitu." Jawab Mae Ri.

Mu Gyul menggaruk-garuk kepalanya tidak mengerti, kemudian ia pergi meninggalkan Mae Ri. So Ra Yah datang menghampiri Mae Ri.
"Mae Ri Yah, apa yang kau lakukan?" tanya So Ra. "Apakah ini ayahmu?"
Mae Ri mengangguk.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Mae Ri.
"Kenapa? Apa yang ia katakan?" tanya So Ra.
"Karena aku lari dari pertunangan, ia menginginkanku untuk langsung menikah dengan pria pilihannya."
"Oh! Apa yang harus dilakukan? Apa yang harus dilakukan?" So ra ikut panik.
"Dan aku tidak bisa menghubungi ayahku sekarang. Aku pikir, kabur adalah hal yang terburuk. Apa yang harus aku lakukan, So Ra Yah?"


 Mae Ri dan Mu Gyul dan juga semua sahabat mereka berkumpul di taman. Mereka sedang membicarakan masalah Mae Ri dan ayahnya.
"Kau selalu menderita karena ayahmu. Jika ayahmu sangat menyukainya, ia harus menikah dengan ayahmu." jelas salah satu sahabat Mae Ri.
"Dia bilang, tidak ada alasan bagiku untuk tidak menikah karena saat ini aku juga tidak punya seorang kekasih. Apakah itu masuk akal?" tanya Mae Ri pada yang lain.
"Aku tahu kenapa ia melakukan hal ini? Apa yang akan dia lakukan jika aku punya seorang kekasih?"
"Jika aku memiliki seseorang yang aku cintai, lalu bagaimana?" tanya Mae Ri.


"Ah, Mae Ri Yah!!"
"Cepat katakan pada Ayahmu."
"Kau sudah memiliki seseorang yang kau cintai!"
"Bagus! Katakan saja ada seseorang yang ingin menikahimu!"
"Bingo! Bingo!"
"Tentu tidak, hal itu hanya akan membuat ayahnya melakukan pernikahan yang lain dengan cepat, ""kau tidak bisa melihat hal itu?"
"Lalu kenapa kalian tidak langsung menikah saja?"
"Menikah?"
"Menikah! Menikah?!"
"Apa yang kau katakan? Menikah?"
"Ey, kau harus segera melangsungkan pernikahan."
"Memang, lakukan saja dengan cepat."
"Itu tidak masuk akal." jawab Mae Ri atas semua komentar teman-temannya.
"Atau yang lain, kirimkan foto wedding kalian saja sebagai bukti."
"Itu kedengaran lebih bagus."
"Good. Good."
"Sebuah foto.. Sebuah foto!"
"Mae Ri Yah!"
Perdebatan selesai, keputusan yang diambil adalah, mengambil foto pernikahan palsu lalu mengirimkannya pada ayah Mae Ri.
"Ahjusshi, tolong ambil gambar dari jarak yang agak jauh, agar wajah kami tidak begitu terlihat." ujar Mae Ri.
Saya heran, Mae Ri sama Mu Gyul yang nikah, yang heboh temen-temennya.. Kyaahaaaha..

Mae Ri menuliskan sebuah sms untuk ayahnya.
"Ayah, maafkan aku, tapi aku sangat mencintainya. Jadi, kami telah menikah."

Yang lain bersorak karena misi mereka berhasil.
"Hey, ayo makan. Ayo makan."
"Yeah, ayo kita makan sesuatu!"
"Soondae, soondae!"
"Tidak-tidak, tidak!"
"Ok, cukup ikuti aku."
"Aku ingin maka tofu sup yang pedas."
Lagi-lagi semua teman-teman Mae Ri dan Mu Gyul meninggalkan Mae Ri dan Mu Gyul.

"Anyway, Thanks." ujar Mae Ri seraya tersenyum. "Aku berutang padamu setelah semua ini."
"Selain itu, kau tidak bisa melihat muka kami di gambar itu."
"Ayahku pasti sudah itu kalau di foto itu adalah kau dengan melihat gayamu saja."
"Lalu, kau tidak harus kabur lagi?"tanya Mu Gyul.
"Tidak." Mae Ri menggeleng cepat. "Aku akan kembali saat ayahku putus asa. Untuk sekarang, aku akan tinggal di rumah temanku untuk kerja paruh waktu. Dan saat pernikahan dibatalkan aku akan menceritakan hal yang sebenarnya pada ayah."
"Aku tahu." ucap Mu Gyul.

Kedua teman Mae Ri dan Mu Gyul datang untuk mengajak mereka sarapan.
"Mae Ri Yah, ayo kita sarapan. Kita harus bekerja nanti." ajak teman Mae Ri.
"Benar hyung, cepat. Aku juga sangat lapar." ajak teman Mu Gyul.
"Aku lelah. Aku hanya ingin tidur di tempatmu." jawab Mu Gyul.
"Begitu juga aku. Aku akan pergi ke rumahmu." jawab Mae Ri.
Mereka kompak XP
"Baiklah, ayo tidur di rumah dan jangan telat untuk datang ke kafe, eh?" ucap teman Mae Ri.
"Good Bye!"
"Good Bye, hyung!"
"Enjoy a nice meal." Mae Ri melambaikan tangan.



"Ya. Aku rasa, kita tidak harus bertemu satu sama lain, benar?" Ucap Mu Gyul.
"Benar." Mae Ri mengulurkan tangannya. "Jadi.. ..jangan pernah saling bertemu lagi satu sama lain. Okay."
Mereka saling berjabat tangan.
"Selamat jalan Merry Christmas, nikmati perjalananmu." ujar Mu Gyul.
"Hhmm.. Happy New Year!" balas Mae Ri dengan tersenyum senang.
"Dah."
Mae Ri dan Mu Gyul langsung berpisah, mereka mengambil jalan yang berbeda satu sama lain. Mae Ri melihat punggung Mu Gyul kemudian berjalan lagi, sebaliknya Mu Gyul menoleh ke arah Mae Ri dan melihatnya.


0 komentar:

Post a Comment