RSS

Sinopsis Cinderella's Stepsister episode 12

Eun-jo berlutut di depan Ki-hoon dan meminta Ki-hoon untuk lari bersamanya. Ki-hoon membawa Eun-jo ke gudang anggur dan memberinya minum untuk menenangkan diri. Ki-hoon berpikir kalau seandainya dunia datar, tidak bulat, mereka baru bisa kabur: “Meski kau berlari sampai akhir, tidak dapat dihindari kau pasti kembali ke rumah lagi.” Ki-hoon menantang Eun-jo – bagaimana kalau Ki-hoon bilang iya? Apakah Eun-jo siap lari ke ujung dunia bersamanya? Ki-hoon: “Jika kau bingung, apa yang seharusnya aku lakukan?”
Ki-hoon mengatakan pada Eun-jo untuk tetap tinggal dan melakukan apapun yang dia mau. Sedangkan, Ki-hoon yang akan membereskan sisanya. Eun-jo bilang kalau dia tahu hatinya sendiri. Tapi dia tidak tahu dosa apa yang sudah diperbuat Ki-hoon sehingga begitu terikat pada rumah ini. Eun-jo bertanya apakah mungkin Ki-hoon ingin sepotong pai, seperti ibunya. Ki-hoon menjawab, “Ada sesuatu yang harus aku bayar. Jika aku tidak bisa, aku akan berakhir seperti Dracula… tidak bisa mati meski aku ingin, selama seribu tahun, sepuluh ribu tahun.”
Eun-jo bertanya hutang apa itu tapi Ki-hoon tidak bisa memberitahunya. Eun-jo bertanya lagi bagaimana jadinya kalau dirinya kabur sendiri saja. Ki-hoon mengatakan pada Eun-jo kalau dia harus melakukannya kalau memang ingin. Ki-hoon pasti akan membantu sebisanya. Ki-hoon bertanya kemana Eun-jo ingin pergi?
Eun-jo duduk di kamarnya sambil memandang peta Ushuaia yang Ki-hoon buatkan untuknya 8 tahun yang lalu. Dia bimbang tapi kemudian memasukkan gambar itu ke dalam tas tuanya lalu keluar. Tepat di luar pavilion, Eun-jo ingat saat Dae-sung dulu datang ketika dia ingin kabur. Kali ini, Eun-jo mengatakan dengan keras hal2 yang ingin dia ucapkan pada Dae-sung. Mungkin karena dia tinggal di rumah inilah Dae-sung mati. Eun-jo minta maaf tapi dia tahu tidak peduli apapun, Dae-sung pasti akan memaafkannya.
Ketika Eun-jo melangkah keluar rumah, Ki-hoon yang menunggu di dalam mobilnya siap mengantar Eun-jo kemanapun dia mau. Eun-jo dengan tenang melewati mobil itu dan Ki-hoon membuntutinya dari belakang. Saat Eun-jo melewati tembok luar halaman rumah, dia ditarik oleh suara aktivitas di dalam gudang anggur. Ini membuat Eun-jo berhenti; dia punya perusahaan itu dan karena itu dia tidak bisa pergi. Paman Hyo-sun dan paman yang lain menyapa Eun-jo dengan hangat dan memanggilnya ‘bos kecil’. Eun-jo hanya tersenyum dan mereka semua kembali bekerja dengan penuh semangat.
Eun-jo memandangi mereka semua hingga dia menangis. Ki-hoon melihat dari belakang ketika Eun-jo menangis. Eun-jo akhirnya membiarkan tas tuanya jatuh dari bahunya. Tas itu jatuh dengan suara gedebuk yang dramatis sekali. Ki-hoon memungut tas yang jatuh itu dan meletakkan tangannya di bahu Eun-jo sama seperti yang sering dilakukan Dae-sung.
Inilah Jung-woo yang terlihat semakin hot saja. Dia tidak berada di latihan tentara tapi dia bekerja di lokasi pembangunan. Dia mencoba untuk mendapatkan beberapa won agar noona Eun-jo tidak kelaparan jika perusahaan anggur bangkrut.
Ki-hoon pergi untuk menemui Dong-soo, orang yang dulu membawakan bunga untuk Eun-jo waktu dia masih sekolah. Sebenarnya Ki-hoon cemburu pada pria ini tapi dia bersikap wajar saja. Ki-hoon meminta Dong-soo, yang sekarang seorang wartawan, untuk menulis cerita tentang pabrik anggur. Dong-soo masih bersikap sama seperti waktu remaja dulu tapi dia benar2 tertarik untuk menulis tentang pabrik anggur.
Eun-jo memimpin upacara ritual dimana dalam hal ini dia menggantikan tempat Dae-sung. Setelah upacara, Kang-sook mengepak pakaian Dae-sung yang dia lakukan dengan pelan dan dia terlihat sedih sebab dia ingat perkataan Eun-jo kalau Dae-sung tahu rencana Kang-sook tapi tetap mencintainya.
Hyo-sun tetap berusaha keras untuk mendapatkan sisi baik ibu. Kang-sook memandang Hyo-sun dengan tajam ketika Hyo-sun membungkuk dihadapannya dan mengatakan tentang kue beras upacara dan bagaimana semua orang telah memakannya untuk mendapatkan berkah. Kang-sook ingat kata2 Eun-jo kalau Hyo-sun sama seperti ayahnya tapi dia tetap saja menghindari anak tirinya itu.
Hyo-sun mengikuti ibu dan bahkan berani meletakkan sepotong kue beras di mulut ibu untuk membuatnya tenang. Tapi Kang-sook malah membuangnya di lantai yang kotor dengan sikap jijik. Sambil menangis, Hyo-sun memungutnya dan memakannya. Kang-sook kembali berpikir kalau Hyo-sun sekali lagi mencoba membodohi dirinya.
Hyo-sun mencoba membantu ibu membuat makan siang tapi ibu malah pergi dan menyuruh Hyo-sun menyiapkannya sendiri. Ibu heran pada keberanian Hyo-sun yang tidak padam juga. Tapi ketika ibu pergi, Hyo-sun mulai terlihat sangat terlukan. Dia berhenti memotong lauk jadi dia pergi ke para bibi di gudang anggur untuk meminta tips memasak. Mereka memberikan sisa makanan dari gudang untuk dipakai Hyo-sun yang diterima dengan gembira.
Kemudian Kang-sook melihat Hyo-sun dan bertanya dari mana makanan itu berasal. Hyo-sun dengan hati-hati mengatakan tentang ajumma dan nenek di gudang anggur meski sudah diusir oleh ibu. Kang-sook marah dan melempar semua hal yang dekat dengannya. Dia lantas pergi ke gudang anggur dengan penuh dendam. Dia memarahi para ajumma itu karena sudah berani menentang perintahnya. Hyo-sun jelas membela para ajumma.
Berikutnya, paman Hyo-sun masuk untuk minta makan dan bisa dilihat kalau Kang-sook menuduh paman sebagai biang kematian Dae-sung. Ibu bahkan mendorong Hyo-sun ke tanah ketika dia mencoba untuk ikut campur. Akhirnya, Eun-jo datang. Kalau ada orang yang bisa menyamai ketajaman mata ibu, orang itu adalah Eun-jo. Bahkan ibu sendiri takut saat melihat kedatangan anaknya ini.
Eun-jo menyeret ibunya ke dalam rumah. Eun-jo berkata, “Ibu, kau ada di pihak-ku, kan? Bukan di pihak Hyo-sun tapi di pihak-ku?” Ibu kaget mendengar ucapan ini. Eun-jo menjelaskan pada ibu kalau pabrik anggur sekarang milik para pemilik saham. Mereka akan memberikan perusahaan pada Hyo-sun kalau ibu tetap memerlakukan Hyo-sun dengan kejam. Dia juga mengatakan kalau Hyo-sun punya kendali lebih besar pada perusahaan ketimbang mereka. Sebab, Hyo-sun bisa melarang penjualan barang2 dan lain2nya. Pada dasarnya, Eun-jo membuat alasan agar ibu bersikap baik pada Hyo-sun lagi, untuk mengamankan hak mereka ada harta kekayaan itu, dan membohongi Hyo-sun agar memberikan kekayaannya lebih banyak.
Ini memang jenius dan Kang-sook jelas mempercayainya: uang! Bahkan Eun-jo memberikan alasan bagus agar Kang-sook mau bersikap baik pada Hyo-sun. Ibu memakan umpan itu dan bahkan berencana untuk menambah pundi2 emasnya. Eun-jo bahkan menambahkan kalau ibu adalah satu2nya orang yagng bisa berbuat baik pada Hyo-sun sebab Eun-jo muak melakukan hal seperti itu.
Ki-hoon mengajak Hyo-sun berkendara ke sungai agar Hyo-sun bisa keluar dari rumah. Dia bahkan menyarankan agar Hyo-sun pergi ke dokter untuk memeriksan sakit di dadanya. Tapi itu bukan sakit seperti yang Ki-hoon kira. Sakit itu hanya karena Hyo-sun sering menahan air matanya. Hyo-sun berkata, “Dia menyuruhku untuk tidak menangis… Eun-jo. Aku rasa dia tidak suka bila aku menangis. Tidak apa2. Dia tidak melawanku lagi. Kadang2 bahkan dia bersikap baik.” Ki-hoon mengatakan kalau tidak apa bila Hyo-sun menangis apalagi disini hanya ada mereka berdua. Ki-hoon bahkan membiarkan Hyo-sun bersandar pada dirinya dan memegangnya ketika Hyo-sun mengelurakan semua air matanya. Ki-hoon juga menangis dan minta maaf.
Jung-woo telah kembali. Eun-jo menyuruhnya langsung bekerja ketika mereka meneliti perusahaan anggur beras yang mungkin saja menjadi saingan. Jung-woo bertanya apakah Eun-jo memakai bros yang dia berikan. Tapi Eun-jo tidak menjawab. Ini membuat Jung-woo mencari di jaket Eun-jo tapi akhirnya dia melihat benda itu tersemat di bagian bawah jaket Eun-jo. Jung-woo tersenyum. Dia sangat puas.
Jung-woo meminta Eun-jo untuk mengatakan kalau dia tidak punya uang. Dia lalu mengeluarkan amplop dan meletakkannya di atas meja. Dia berkata kalau itu adalah milik noona. Eun-jo bertanya dimana Jung-woo mendapatkan uang itu. Jung-woo bercanda kalau dia menang dalam permainan Jalan dan Berhenti. Tapi dia menarik kembali perkataannya ketika melihat reaksi Eun-jo. Jung-woo lalu bertanya apakah Eun-jo sudah makan malam. Pada akhirnya, Jung-woo menarik tangan Eun-jo untuk mengajaknya makan malam.
Eun-jo berhenti dan berteriak, “Jangan kurang ajar!” Jung-woo langsung menjawab, “Jangan kejam pada dirimu sendiri. Aku sudah katakan padamu, aku tidak tahu apa2 tentang hal lain, tapi aku tidak akan membiarkanmu tidak makan!” Jung-woo mengantar Eun-jo ke resto dan bahkan membukakan pintu mobil untuknya. Eun-jo melihat mobil Ki-hoon di resto itu tapi dia sama sekali tidak berkata apa2. Jung-woo memegang tangan Eun-jo dan mereka pun masuk ke dalam. Eun-jo melepaskan tangannya lalu matanya melihat Ki-hoon dan Hyo-sun sedang makan.
Tepat ketika Hyo-sun memanggil Eun-jo, Jung-woo meraih tangan Eun-jo dan mengajaknya ke meja Ki-hoon dan Hyo-sun. Ki-hoon berbalik dan saling pandang dengan Eun-jo kemudian mata Ki-hoon tertuju pada tangan Eun-jo. Mereka makan bersama. Hyo-sun bertanya apa hubungan Jung-woo dan Eun-jo. Jung-woo hanya menyeringai dan tidak memberikan jawaban sedangkan Ki-hoon terlihat super kesal!
Eun-jo ingin pergi tapi Jung-woo menolak untuk pergi sampai Eun-jo menghabiskan makanannya. Jung-woo bahkan meletakkan kembali sendok Eun-jo ditangannya dan berkata, “Kau dan aku harus menghabiskan makanannya!” Hyo-sun terlihat kagum pada situasi ini – sedangkan Eun-jo sepertinya mendengarkan orang lain.
Ki-hoon cemburu dan dia meletakkan makanan di piring Hyo-sun dan memintanya untuk makan. Jung-woo melakukan hal yang sama dan Eun-jo memakannya. Efek dari keadaan ini sangat besar: Jung-woo tersenyum (senang karena dia berpikir sudah memenangkan hati Eun-jo), Hyo-sun terlihat tidak percaya. Dia melihat sisi lain Eun-jo. Dan Ki-hoon adalah yang paling menderita.
Eun-jo dan Hyo-sun pulang ke rumah. Mereka disambut oleh ibu yang terlihat cerah ceria. Hyo-sun memandangi ibu lalu beralih ke Eun-jo untuk tahu apa yang terjadi. Ketika berada di dalam, Hyo-sun berjalan ke pintu kamar ibu. Akan tetapi, Eun-jo menghentikannya. Dia tahu terlalu aneh kalau ibunya tiba2 bersikap baik. Eun-jo menarik Hyo-sun dari sana untuk melindunginya.
Ki-hoon memeriksa Jung-woo – bagaimana dia akan berbagi kamar dengan bocah itu? Bagaimana caranya agar mereka tidak saling bunuh di kamar? Pikiran ini membuat Ki-hoon terjagar. Sementara itu, di dalam rumah Eun-jo juga sedang merenung.
Keesokan harinya, Hyo-sun mencoba anggur beras yang telah dibuat. Dia menentukan kalau hanya satu dari enam kendi yang rasanya berbeda. Eun-jo tidak mengerti kenapa hal itu bisa terjadi padahal semuanya melalui proses yang sama. Hyo-sun berkata kalau raginya yang berbeda tapi itu tidak apa sebab mereka sudah punya yang bagus. Sekarang mereka hanya harus menciptakan ulang anggur beras yang terbaik.
Di tempat lain. Ki-tae, kakak kedua Ki-hoon, duduk di mobilnya dan menonton iklan Hyo-sun berulang-ulang. Sedangkan Ki-jung mendapatkan berita buruk kalau salah satu pembelinya yang asal Jepang memutuskan untuk membeli anggur beras di pedagang yang lebih baik – Dae-sung. Ki-jung semakin mendidih waktu mendengar kalau anggur beras Dae-sung dijual ke pedagang di Jepang yang berlokasi di Tokyo dan anggur beras ini menjadi semakin terkenal disana. Ki-jung tidak mengerti kenapa Dae-sung masih mendapatkan pesanan padahal generasi kedua Dae-sung tidak bisa menciptakan rasa yang sama dengan yang sebelumnya. Ki-jung akan segera mengetahui hal ini dengan bantuan pembeli dari Jepang.
Ki-hoon menyerahkan semua keputusannya pada Eun-jo; apakah mereka harus menyewa mesin khusus dan menerima pesanan atau menolak pesanan. Menurut Ki-hoon perlu mengambil resiko dan dia percaya pada kemampuan Eun-jo. Sedangkan, Eun-jo sama sekali tidak mau mengambil resiko sebab dia takut hal buruk akan terjadi seperti terakhir kali dia memaksa Dae-sung terlalu jauh menuruti arogansinya. Ki-hoon berkata kalau Eun-jo sekarang punya kesempatan untuk menebus semuanya dan menghormati Dae-sung. Sedangkan, Ki-hoon saja tidak punya kesempatan itu. Dia mengatakan kalau dia iri pada Eun-jo karena punya kesempatan itu.
Ki-hoon meletakkan tangannya di bahu Eun-jo lalu tersenyum. Eun-jo memandang Ki-hoon dengan air mata di matanya sedangkan tangan Eun-jo mengepal karena saking kerasnya menahan air mata. Eun-jo berkata, “Jangan lakukan itu.” Ki-hoon mundur dan terlihat terluka. Dia berpikir kalau Eun-jo tidak menginginkannya.
Eun-jo keluar dan Ki-hoon mengikuti sambil meminta keputusan. Ki-hoon mencoba mayakinkan Eun-jo, tapi sayangnya Eun-jo lebih senang mencari aman saja dan berkata kalau mereka tidak boleh menambah hutang. Bagaimana kalau ada perompak seperti terkahir kali? Lalu semuanya terang bagi Eun-jo… Kenapa Eun-jo tidak melakukan apa2 terhadap hal itu? Kenapa dia hanya diam dan tidak mencari tahu pelakunya? Ki-hoon kaget dan mengatakan kalau dia akan menangani masalah itu tapi ini bukan pertanda bagus. Ki-hoon berkata kalau dialah orang yang harus menemukan pelakunya dan kalau mereka mau mengambil kesempatan ini, maka Perusahaan Dae-sung akan kembali. Ki-hoon berkata, “Dan aku bisa…”
Ki-hoon mengantar Eun-jo ke lab dan bertanya apa yang akan Eun-jo lakukan kalau mereka menemukan perampoknya. Eun-jo menjawab kalau dia tidak tahu. Tapi dia mengatakan kalau hal itu mungkin akan memberikannya kekuatan untuk menjalani sisa hidupnya. Dengan memikirkan wajah2 orang itu kekuatan Eun-jo akan bertambah besar. Eun-jo akan membenci orang2 itu tanpa kenal lelah. Dan itu cukup. Dengan kekuatan membenci mereka Eun-jo akan hidup tenang sampai dia mati.
Ketika Ki-hoon keluar, dia melihat mobil ayahnya mendekat dan menghentikannya sebelum ayah bisa masuk. Ki-hoon meminta agar ayah meninggalkan Eun-jo sendiri tapi ayah sudah memutuskan kalau dia akan menemui Eun-jo dan mengatakan semuanya. Jika melakukan itu, ayah harus mengatakan semua keterlibatan Ki-hoon dalam kekacauan itu. Tapi itu tidak masalah sebab istirnya akan segera menceraikannya dan ayah tidak akan punya apa2 lagi. Masalahnya, ketika ayah bercerai maka semua sahamnya akan jatuh pada ibu dan Ki-jung.
Tapi sebenarnya, ayah disini untuk mengajak Ki-hoon ke pihaknya. Pilihannya adalah: Ki-hoon bergabung dengan ayah lagi untuk memenangkan perang ini atau ayah akan masuk dan mengatakan semuanya pada Eun-jo. Ki-hoon tidak mau bergabung dengan ayahnya jadi ayah terpaksa masuk dan bertemu dengan Eun-jo. Tapi sepertinya Ki-hoon akhirnya mengalah.
Malam itu, Eun-jo menemui Ki-hoon di kamarnya dan mengatakan kalau dia setuju untuk menyewa mesin sesegera mungkin. Ki-hoon terlalu ditekan oleh pikirannya tentang ayah jadi dia hanya berkata kalau dia akan melakukannya. Ki-hoon memanggil Eun-jo, “Eun-jo ya…” Tapi kemudian dia terlihat lemas dan tidak jadi meneruskan kata2nya.
Eun-jo kembali ke rumah dan menemukan kalau bibi di dapur sudah kembali yang mengidikasikan kalau ibu menganggap serius ancaman Eun-jo. Dia kaget mendengar tawa dari kamar ibu. Dan ketika dia mengintip, dia melihat ibu, Hyo-sun dan Jun-su sedang tertawa di depan tv. Hyo-sun mengatakan pada ibu kalau seorang pria datang ke rumah tadi dan mencari ibu berkata kalau dia adalah saudara ibu. Hyo-sun tahu kalau ibu sudah tidak punya saudara jadi dia mengatakan pada pria itu kalau dia sudah masuk ke rumah yang salah. Tapi wajah ibu terlihat berbeda. Ibu mengatakan kalau Hyo-sun sudah melakukan hal yang benar sebab tidak ada lagi keluarga ibu yang masih hidup.
Sebelum tidur, Hyo-sun memeluk ibu dan berkata: “Aku tahu aku tidak terlalu kau sayangi. Tapi terima kasih karena sudah baik padaku. Nanti, agar kau bisa memelukku karena kau menyayangiku, aku akan berbuat baik, bu.”
Ki-hoon minum makgulli di gudang anggur. Dia memikirkan kata2 Eun-jo tadi. Ki-hoon menelpon ayahnya dan mengatakan kalau dia sendiri yang akan memberitahu Eun-jo semuanya tapi setelah itu ayah dan Ki-jung tidak boleh mengganggu Eun-jo. Ini bukan hal yang ingin didengar ayah: “Tidurlah ayah. Aku akan menemui Eun-jo sekarang.”
Rasa bersalah atas keterlibatannya dengan Hong-ju dan kematian Dae-sung membuat Ki-hoon tidak mampu menemui Eun-jo. Tapi Ki-hoon sudah memutuskan untuk mengaku meski itu akan menyebabkan Eun-jo membencinya. Ki-hoon tersandug di depan rumah. Dia menghantamkan tangannya ke pintu. Badannya bergetar dan Ki-hoon berteriak, “Eun-jo ya! Eun-jo ya!”

0 komentar:

Post a Comment